“Jangan sekali- sekali meninggalkan Sejarah”
– Ir. Soekarno –
Inilah salah satu kata-kata sakti yang diucapkan oleh Bapak Pendiri Bangsa kita, Ir. Soekarno yang telah dikenal dan disingkat menjadi “Jas Merah”. Sejarah bukan hanya kejadian yang terjadi di masa lalu dan hanya diingat sebagai kenangan saja, tetapi juga dapat dipetik sebagai refleksi dalam menjalani masa sekarang dan bersiap diri menghadapi masa depan. Mengingat sejarah, terutama sejarah bangsa Indonesia tidak terlepas dari segala bentuk perjuangan pantang menyerah dan pengabdian yang dilakukan para pejuang bangsa kita dengan gagah berani pada zaman dahulu. Perjuangan dan pengabdian mereka terekam dalam jejak-jejak sejarah yang terwujud dalam kisah-kisah sejarah, benda-benda peninggalan, tradisi, buku-buku sejarah, dan masih banyak lagi. Semua perwujudan dari sejarah ini dapat kita temui di sekeliling kita dan salah satunya adalah museum.
Pasti di antara kalian ada yang berpikir, zaman sekarang pergi ke museum bukanlah sesuatu hal yang keren dan hanya membuang waktu saja. Lebih baik pergi ke mal-mal atau pusat keramaian lainnya daripada harus pergi ke museum. Pemikiran ini tidaklah salah karena memang mal dengan suasananya lebih menyenangkan dibandingkan dengan museum dengan suasananya yang kadang berdebu dan berbau pengap. Tapi, tidak ada salahnya untuk mencoba pergi berkunjung ke salah satu museum apapun yang dekat dengan lokasi rumah kalian. Kalian dapat datang sendiri atau bersama teman pada waktu yang disesuaikan dengan jam operasional masing-masing museum. Menurut pendapat saya, penataan dan pemeliharaan museum-museum di Jakarta sudah mulai membaik dan nyaman. Hal ini tentu saja dapat dibuktikan apabila kalian berkunjung ke museum itu sendiri dan rasakan perbedaannya antara kondisi museum dulu dengan sekarang. Ayo, angkat kaki kalian, segeralah berkunjung ke museum terdekat dan nikmatilah sensasinya (berpetualang, menambah wawasan, dan memperoleh pengalaman).
Mengintip Sejarah Kota Jakarta di Museum Fatahillah, Jakarta
Belum lama ini, saya berkesempatan untuk mengunjungi salah satu museum yang terkenal di Jakarta, yaitu Museum Fatahillah. Bukan orang Jakarta namanya kalau tidak menjejakkan kaki di tempat yang satu ini. Jika ingin mengetahui sejarah ibukota Jakarta, museum Fatahillah adalah tempat yang paling tepat untuk dikunjungi. Museum yang terletak di kawasan landmark ibukota Jakarta, Kota Tua ini bernama asli Museum Sejarah Jakarta. Museum ini terkenal dengan nama Fatahillah karena 2 hal, yaitu letak museum yang berada di Jalan Taman Fatahillah dan untuk mengenang Pahlawan Fatahillah yang memberi nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta pada tanggal 22 Juni 1527 yang sekarang menjadi ulang tahun kota Jakarta. Tepatnya, museum ini terletak di Jalan Taman Fatahillah No.1, Jakarta Barat. Museum ini didirikan dan bertempat di gedung yang semula digunakan sebagai Balai Kota Batavia pada zaman VOC pada tahun 1707. Museum ini diresmikan dan mulai dibuka untuk umum pada tanggal 30 Maret 1974 oleh Gubernur Jakarta Ali Sadikin untuk tempat penyimpanan benda bersejarah dan sarana edukasi masyarakat mengenai sejarah Jakarta. Terdapat sekitar 23.500 barang yang dipamerkan dalam museum ini.
Hampir setiap harinya terutama di akhir pekan, banyak pengunjung baik lokal maupun mancanegara memenuhi museum ini karena museum ini merupakan salah satu obyek wisata terkenal di kawasan Kota Tua, tarif masuk museum cukup murah, dan akses menuju museum ini cukup mudah. Untuk menjelajah museum ini, kita dapat meminta pemandu wisata (tour guide) untuk menemani. Namun, jumlah para pemandu di museum tidak banyak, maka kita haruslah “memesan” terlebih dahulu dari jauh-jauh hari. Terutama bagi yang ingin datang secara rombongan, ada baiknya menghubungi pihak museum terlebih dahulu yang bisa dilihat melalui website resmi Museum Sejarah Jakarta http://www.museumindonesia.com/ untuk meminta bantuan pemandu museum saat akan menjelajah.
Museum Fatahillah buka mulai dari pukul 09.00 – 15.00 setiap hari Selasa – Minggu kecuali pada hari Senin atau hari libur nasional. Museum yang terletak di Kawasan Kota Tua ini cukup mudah untuk dicapai baik dengan menggunakan kendaraan umum maupun pribadi. Untuk kendaraan umum bisa menggunakan moda transportasi TransJakarta koridor 1 rute Blok M – Kota atau koridor 12 rute Pluit – Tanjung Priok. Sedangkan angkutan kecil yang melewati wilayah tersebut yaitu Mikrolet M12 jurusan Pasar Senen-Kota, M08 jurusan Tanah Abang-Kota, M15 jurusan Tanjung Priuk-Kota, dan Patas AC 79 jurusan Kampung Rambutan-kota.
Menjelajahi museum ini sangatlah mudah dan dapat dimulai dari sebelah kanan pintu masuk. Bangunan museum yang dapat dijelajahi oleh pengunjung terdiri dari dua lantai. Lantai satu banyak berisi replika-replika prasasti, replika perahu, maket gedung dan perkakas. Ketika masuk, kita akan disambut dengan patung yang menggambarkan hukuman gantung pada masa pemerintahan Belanda.
Di ruangan sebelah kanan pintu masuk, terdapat banyak foto yang menceritakan situasi kota Jakarta dari masa ke masa. Termasuk alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat Jakarta pada masa lampau. Kemudian, banyak gambar peta situs ditemukannya prasasti yang ada di wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Barulah di ruangan berikutnya ditampilkan prasasti-prasasti besar seperti Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Ciareuteun, Prasasti Tugu dan berbagai prasasti lainnya. Perlu diketahui bahwa prasasti yang dipamerkan di museum ini bukanlah prasasti asli, melainkan hanya replika yang dibuat begitu mirip dengan yang asli.
Setelah puas mengitari ruangan di lantai satu museum, sebaiknya kita singgah terlebih dahulu ke taman belakang museum. Ada dua hal yang menarik di sini, yaitu ruangan bawah tanah yang dulunya berfungsi sebagai penjara dan sebuah meriam tua bernama Meriam si Jagur sebagai salah satu benda yang menjadi daya tarik utama museum. Setiap pengunjung yang datang ke museum ini, pasti ingin berfoto dengan meriam antik ini.
Meriam Si Jagur mempunyai berat 3.5 ton dan panjang lebih dari 3 meter. Meriam Si Jagur melambangkan kesuburan atau dalam bahasa Portugis berarti mano in piga. Di belakang meriam ada bentuk tangan dengan menggunakan gelang, yang menyimbolkan perempuan.
Setelah berkeliling di lantai satu dan taman belakang museum, saatnya beranjak ke lantai atas gedung museum ini. Lantai 2 museum banyak didominasi dengan perabot rumah tangga seperti lemari, meja dan kursi yang digunakan semasa pemerintahan Belanda. Semua perabotan ini sebagian besar terbuat dari bahan kayu jati yang kuat dan ukurannya besar. Kondisinya masih terlihat baik dan tertata dengan rapi.
Itulah pengalaman saya ketika berkunjung ke Museum Fatahillah. Secara garis besar, kita dapat mencermati nilai-nilai budaya, historis, maupun gaya hidup masyarakat Jakarta tempo dulu melalui koleksi benda-benda peninggalan berupa replika, miniatur, perkakas, mebel-mebel antik abad 17-19 perpaduan antara gaya Eropa-China-Indonesia, moda transportasi, lukisan, bekas penjara, dan lain sebagainya yang menggambarkan perkembangan Jakarta dari masa pra sejarah sampai dengan masa sekarang di Museum Fatahillah. Museum ini dapat dijadikan tempat yang menyenangkan untuk rekreasi bersama keluarga atau refreshing dari rutinitas hidup sekaligus mengenali sejarah budaya masyarakat Jakarta tempo dulu. Tunggu apalagi, segera kunjungi museum ini di waktu luang kalian dan jangan lupa pendapat kalian mengenai museum ini dengan mengomentari artikel ini di blog saya. Terima kasih.
Satu hal lagi, berikut ini adalah video rekaman hasil karya saya bersama teman-teman ketika mengerjakan tugas kuliah waktu dulu. Video ini menceritakan tips-tips mengunjungi tempat-tempat menarik dan menjadi landmark di suatu kota yang salah satunya adalah museum Fatahillah dan bagaimana menjalaninya dengan cara yang aman, nyaman, murah, dan pastinya menyenangkan.
Silahkan lihat dan klik link berikut: